radiograferpujasumbar

Jumat, 20 Mei 2011

KESELAMATAN KERJA RADIOLOGI

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara :


1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi batas-batas yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat dalam jumlah yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.



1. Desain dan paparan di ruangan radiasi
a. Ukuran Ruangan Radiasi
· Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter.
· Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.

b. Tebal Dinding
· Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm.
· Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.
· Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.

c. Pintu dan Jendela
· Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.
· Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan.


 

· Tujuannya adalah :
ã Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi.
ã Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.
ã Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif.
ã Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.

· Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
· Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.

d. Paparan Radiasi
· Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.



Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Instalasi Radiodiagnostik

Bekerja pada bagian radiologi haruslah memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi aspek keselamatan dan kesehatan kerja. hal ini disebabkan spesifikasinya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan apabila peraturan dan ketelitian tidak menjadi etos kerja. Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

A. Keselamatan arus listrik

1. Arde listrik peralatan sinar-x
Arde dilakukan dengan menghubungkan permukaan metal/logam pada pesawat sinar-x ke tanah melalui konduktor tembaga. Konduktor ini bisa berupa:
Satu lempeng tembaga yang ditempelkan ke permukaan metal/logam dari meja pemeriksaan, tuas penyangga tabung, tranformator dan control consoul dan menghu-bungkannya ke tanah. PERHATIKAN BETUL BAHWA LEMPENG LOGAMNYA BENAR-BENAR MENEMPEL.
Satu konduktor bumi yang terdapat pada kabel utama dari pesawat sinar-x bergerak (mobile unit) yang terhubung pada bagian akhir dari rangkaian pesawat yang membutuhkan arde dan ujung yang lain pada konduktor bumi di dalam colokan listrik (pulg socket).
INGAT, penggunaan kabel penyambung (extention cable) atau adaptor akan meng-hambat kelancaran kerja dari konduktor bumi dan jangan digunakan, kecuali jika tidak terdapat alternatif lain. Tetapi, jika harus menggunakan kabel penyambung harap diingat ukuran dan besar kabel harus sama dengan kabel utamanya dan kedua ujung ardenya harus benar-benar tersambung dengan baik.

PERIKSALAH SECARA TERATUR KABEL DAN SAMBUNGAN PADA KEDUA UJUNG dengan kondisi seperti di bawah ini:
Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau kerusakan hendaknya segera diperbaiki atau diganti.
Sambungan antara ujung kabel dan colokan listrik. Karet pembungkus kabel hendaknya terlindung di dalam kotak colokan listrik.
Kotak colokan listrik. Jika kotak ini retak atau pecah hendaknya segera diganti.
Ujung arde yang terdapat di dalam colokan listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6 bulan teknisi listrik atau petugas yang cakap harus mengecek keadaan ini. jika colokannya putus, maka jangan dimasukkan ke dalam soket listrik sampai ia benar-benar telah diperbaiki dan aman.
Catatan: Kerusakan dapat dicegah dengan penanganan yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x dan kabelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut, menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan.



KONTRAS MRI































Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah
Gadolinium.

Sejarah Kontras Media MRI (Magnetic Resonance Imaging),
1.Invitro : Bloch,Hansen dan Packard tahun 1946.2. Pemberian ferum nitrit memperpendek waktu relaksasi T1.3. Dilanjutkan Bloembergen dan Solomon.4. Penggunaan Kontras dengan MRI pertama kali oleh Lauterbur,Mendoca,Diaz dan Rudin(1978).Penggunaan pada manusia pertama kali menggunakan Gadolinium DTPA (Magnevist).5. Penelitian lanjutan : kontras cukup aman dapat ditolerensi ordan

Percobaan Macroradiografi pada Sella Tursica

Judul Percobaan :
Teknik macroradiografi pada Sella Tursica

Tujuan Percobaan :
untuk mendapatkan gambaran radiografi dari Sella Tursica tampak lebih besar dari gambaran radiografi biasa

Alat dan Bahan :


-          Pesawat Rontgen Shimadtzu 500 mA
-          Kaset 18 x 24 cm
-          Film  18 x 24 cm
-          Marker R/L
-          Panthom sebagai objek
-          Cairan developer
-          Cairan Fixer
-          Air

B. Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan Sella Tursica

1. Teknik macroradiografi
  
Teknik menjauhkan jarak objek - film (OFD) dilakukan untuk pembesaran 2 kali



2. Teknik radiografi


·      Pasien diposisikan semi prone di atas meja pemeriksaan
·      MSP tubuh sejajar dengan bidang film
·      Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan : MSP kepala sejajar bidang film dan garis interpupilary tegak lurus bidang film
·      Atur kedua bahu agar berada pada bidang transversal yang sama
·      Atur kepala sehingga garis IOML sejajar dengan garis khayal horizontal film
·      Atur CR Tegak lurus bidang film
·      Central point 2,5 cm anterior dan 2,5 cm superior dari MAE.

 3. Teknik Pembesaran



·    Atur jarak focus ke objek (FOD) : 80 cm
·    Letakkan kaset diatas lantai sehingga jarak antara film dan objek pada meja pemeriksaan (OFD)  80 cm dan jarak antara fokus film (FFD) menjadi 160 cm.
·    Atur supaya sentrasi sinar tepat berada tengah kaset.

M = FFD = 160  = 2 , Jadi, M = 2 ( 2x Pembesaran )
       OFD     80

 4. Faktor Eksposi



Pada pemeriksaan Sella Tursica dengan Faktor Eksposi normal adalah 60 kV dan 20 mAs, maka pada pembesaran 2x , faktor eksposinya menjadi :
FFD12  =  mAs12
FFD22      mAs22

                    802      =    202
                   1602          mAs22

       mAs22 =   25600 x 400
                                         6400

                     mAs22 =   √1600
                     mAs22 =   40

  Jadi, Untuk pemebesaran 2x pemakaian faktor eksposinya adalah 60 kV dan 40 mAs




5. Procesisng film


·      Developing       = 3 menit
·      Rinsing             = 20 detik
·      Fixing               = 4 menit
·      Washing           = 20 detik
·      Drying              = 5 menit

 6. Hasil gambaran


·        Tampak Sella Tursica proyeksi lateral dengan pembesaran 1.5 x pada film
·        Dorsum sellae dan clivus blumenbachi
·        Processus clinoideus anterior kiri dan kanan superposisi
·        Processus clinoideus posterior kiri dan kanan superposisi
·        Detail gambaran baik
·        Densitas dan kontras gambaran radiografi yang dihasilkan baik
·        Tampak marker R
·        Tampak label

MENGENALI PESAWAT CT Scan Multislice

Seiring dengan kemajuan teknik komputerisasi, alat CT Scan mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama selama tahun 1990-2000, mulai dari konvensional CT Scan kemudian menjadi Helical/Spiral CT Scan pada tahun 1995, dan saat ini sudah sampai era multidetektor CT Scan (MDCT) atau disebutkan juga Multislices CT Scan.

Computed Tomografi ( CT ) Scan adalah suatu alat radiologis penunjang diagnostik yang menggunakan Sinar X melalui teknik Tomografi dan komputerisasi yang modern. Sinar X menembus tubuh manusia dibuat sedemikian rupa, sehingga dalam bentuk potongan penampang tipis, seakan-akan tubuh kita dipotong-potong dalam bentuk potongan-potongan penampang tipis horizontal/axial, sinar-sinar tersebut setelah menembus tubuh akan direkam oleh detektor-detektor dalam bentuk data-data digital. oleh perangkat komputer data digital yang diperoleh, dikonversikan ke dalam bentuk bayangan organ hitam putih dan kemudian dapat dicetak pada

Artefact pada CT - Scan

1. Pengertian Artefact
Artefact merupakan gangguan pada tampilan gambar akibat berbagai kesalahan.

2. Ada berbagai macam artefact yang ditimbulkan akibat kesalahan-kesalahan dalam CT-Scan :

a. Streak Artefact
Streak Artefact itu berbentuk garis-garis vertical yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara scanning permulaan dengan scanning akhir. Penyebabnya yaitu pergerakan pasien dan sifat mekanik yang tidak seimbang

b. Beam Hardening Artefact
Beam Hardening Artefact itu berbentuk garis yang disebabkan oleh perubahan komposisi spectrum sinar-x akibat adanya material yang lebih padat

c. Partial Volume Artefact
Partial volume artefact merupakan artefact yang terbentuk pada daerah diantara kedua Os Petrosum, disebabkan tidak adanya korelasi yang tepat antara antenuasi dan absorbsi pada voxel yang tidak homogen

d. Noise
Noise merupakan bukan artefact yang sebenarnya tetapi menggambarkan penurunan resolusi dari suatu gambar CT-Scan akibat ketidaktepatan penentuan CT Number. Noise dapat terjadi akibat posisi yang tidak tepat, menghalangi radiasi optimal untuk mencapai detektor

e. Shading (bayangan)
Shading atau bayangan : perubahan progresif dari densitas suatu bagian dengan bagian lainnya pada suatu gambar. penyebabnya respon detector yang tidak sinkron dan penurunan spectrum energi sinar-x. contoh : " Cupping " yaitu artefak padat pada jaringan otak dekat calvaria

f. Motion Artefact
Motion Artefact : Hal ini dipandanga sebagai kabur atau goresan yang disebabkan oleh pergerakan dari objek yang tergambar

g. Windmill
Windmill : penggoresan penampilan dapat terjadi ketika detektor berpotongan dengan pesawat rekontruksi, hal ini dapat dihindari dengan menggunakan filter

h. Ring Artefact
Ring Artefact : Artefact yang paling umum terjadi, gambaran terkadang muncul satu atau banyak cincin , hal ini biasanya karena kesalahan detector. kertas film.

Sejarah dan Perkembangan CT-Scan

1. Pengertian CT - Scan

a. Tomography (CT) adalah sinar-x dengan menggunakan teknik tomografi dimana berkas sinar-x menembus bagian tubuh pasien dari berbagai arah
(Marthis Prokap and Michael Galanski, 2003 Chapter 1, P : 2)
b. CT ( Computed Tomography ) merupakan alat diagnostik sinar-x dengan metode tomografi transversal yang akan menghasilkan gambaran irisan melintang dengan hasil tampilan dalam skala algorithma
(Grey Scale) (J.Alexander)

2. Istilah-istilah lain CT - Scan

a. Computed / Computerized Tomography (CT)
b. Computed Axial Tomography (CAT)
c. Computerized Aided Tomography
d. Computerize Transverse Axial Tomography (CTAT)
e. Recontructive Tomography (RT)
f. Computed Transmission Tomography (CAT)
g. Ditetapkan oleh "Radiology and American Journal of Roentgenology" dengan istilah Computed Tomography (CT)

3. Ringkasan Sejarah perkembangan CT-Scan

a. 1917  -   J.H. Radon: transformasi radon, gambar dari objek yang tidak diketahui dapat digambarkan dari proyeksinya
b. 1963  -  A.M. Cormack: mengembangkan teknik untuk menentukan distribusi penyerapan tubuh manusia
c. 1972  -  G.N. Hounsfield dan J.Ambrose: menghasilkan gambaran CT pertama kali untuk keperluan klinis
d. 1974  -  60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala
e. 1975  -  First Whole Body scanner in clinical use
f.  1979  -  Hounsfield dan Cormack di anugerahi hadiah nobel
g. 1989  -  Spiral CT
h. 1998  -  Multislice CT
i.  2000  -   >30000 clinical CT Installations

Anatomi dari gambaran CT Scan Abdomen

 Axial Abdomen 



















Anatomi dari gambaran CT Scan Thorax

1. Axial Chest ( Potongan Axial dari Thorax )
















2. Coronal Chest ( Potongan Coronal dari Thorax )














3. Sagital Chest ( Potongan Sagital dari Thorax )













Anatomi dari gambaran CT Scan Kepala

Anatomi gambaran CT Scan kepala :

1. Axial Head ( Potongan Axial dari Kepala )






















3. Sagital Head ( Potongan Sagital dari Kepala ) 


Jaminan Mutu Kamar Gelap

Kaset, Tabir Penguat, Hanger dan Viewing Box

A. Kaset.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal perawatan kaset radiografi, yaitu:

1. Label/tanda
Kaset harus ditandai dengan huruf atau angka untuk memu-dahkan identifikasi. Intensifying screen yang berada di dalam kaset harus ditandai dengan nomor atau huruf yang sama.

2. Kebersihan
Bagian luar kaset harus dibersihkan secara teratur dengan kain lap yang bersabun lalu dibersihkan dengan kain bersih dan dikeringkan. Harap diperhatikan, kain lapnya jangan terlalu basah agar tetesan air tidak masuk ke dalam kaset.

3. Tes kaset
Periksalah dan uji cobakan kaset terhadap contact screen dan kebocoran cahaya.

B. Tabir Penguat
Perlu diperhatikan beberapa hal apabila kita bekerja dengan tabir penguat;

1. Memasang dan menandai
Hendaknya dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang disediakan dari pabrik pembuat. Bahan lain yang tidak disarankan akan berakibat kerusakan pada tabir penguat.

2. Membersihkan dan mengamati
Mengamati dan membersihkan tabir penguat yang teratur adalah sangat penting untuk menghindari terjadinya artefak pada film. Bila ditemui permasalahan lain, perlu diuji dengan menggunakan film röntgen untuk mengetahui bagian yang rusak. Jika ditemui bagian yang rusak, maka dapat dengan mudah diketahui melalui nomor dan huruf pada kaset yang bersangkutan. Caranya;
Kosongkan kaset di kamar gelap.
Periksalah tabir pada cahaya tampak, apakah terdapat kotoran, goresan atau luntur.
Amatilah bahwasanya permukaan tabir di dalam kaset masih lembut. Jika tabir tersebut perlu ditempel ulang maka pergunakan alat dan bahan yang diberikan dari pabrik pembuat.
Gunakan lap basah yang lembut dari katun dan sabun yang lembut/ringan untuk membersihkan. Gerakannya memutar keluar permukaan tabir (screen).
Bersihkan sisa-sisa sabun pada permukaannya dengan meng-gunakan lap katun basah yang bersih.
Letakkan kaset dalam posisi berdiri dan buka secukupnya pada ruangan yang tak berdebu. Sehingga kaset menjadi kering dan bersih serta siap untuk digunakan.
Sebelum digunakan, periksa lagi apakah permukaan tabir terdapat coretan. Bila ada lakukan pembersihan sekali lagi.
Periksalah apakah tabir dapat dengan mudah dikenali melalui nomor atau huruf yang dibuatnya?
Catatlah tanggal kegiatan ini pada buku kegiatan.

PERAWATAN AUTOMATIC FILM PROCESSOR

PERAWATAN HARIAN :
1. Processor automatic dalam keadaan tidak dinyalakan
2. Buka penutup bagaian atas processor
3. Buka penutup film guide elemen pada kedua sisinya (bagian Developer, Fixer dan Air)
4. Angkat film guide elemen, bersihkan dengan kain basah dan keringkan dengan kain kering
5. Pasang kembali film guide elemen pada posisi semula (jangan sampai terbalik)


PERAWATAN TIAP 3 BULAN (SAAT PENGGANTIAN CAIRAN)
1. Processor automatic dalam keadaan tidak dinyalakan
2. Buka penutup bagaian atas processor
3. Buka kran pembuangan tangki cairan Developer, Fixer dan Air dengan memutar pada posisi open .
4. Buka penutup film guide elemen pada kedua sisinya (bagian Developer, Fixer dan Air)
5. Angkat film guide elemen, bersihkan dengan air mengalir dari kran, lap dengan kain basah dan keringkan dengan kain kering.
6. Angkat distributor roller, bersihkan dengan kain basah kemudian keringkan dengan kain kering
7. Angkat transport rack dari tangki cairan, bersihkan dengan air mengalir dari kran dan keringkan dengan kain kering
8. Bersihkan tangki cairan Developer, Fixer dan Air dengan air kemudian bersihkan dengan kain kering
9. Tutup tangki cairan Developer, Fixer dan Air dengan memutar pada posisi close
10. Isilah tangki dengan cairan Developer, Fixer dan Air pada tangki maisng-masing sampai batas tertentu. Dan jangan sampai tertukar dan tercampur satu sama lainnya.
11. Pasang kembali transport rack dan film guide elemen sesuai pada tempatnya.

Catatan :
• Proses pemanasan processor lebih kurang 20 menit sampai pada indikator menunjukkan “ready”.
• Untuk pencucian film lebih dari satu, tunggulah sampai terdengar bunyi ‘beep’ sebelum memasukkan film berikutnya.
• Pastikan tidak ada film yang sedang diproses saat akan mematikan processor.
• Matikan processor saat selesai pekerjaan dengan menekan “power off”
• Gunakan sarung tangan dan penutup hidung saat mengganti cairan
• Jangan sampai mata terkena cairan kimia, jika terkena segera cuci dengan air dingin dan periksakan ke dokter
• segera hubungi teknik jika mengalami kerusakan

High kV Technique

1. Latar Belakang


Variasi kv pada teknik permeriksaan adalah salah satu yang biasa digunakan  untuk  proyeksi tertentu tergantung pada ukuran ketebalan badan. Dan pemberian nilai milliampere-second juga disesuaikan untuk masing-masing badan yang diperiksa.
Sistem teknik yang menggunakan variasi kilo-voltage memiliki keuntungan yang menjanjikan dalam variasi ekspose pada ketebalan badan yang berbeda-beda. Kenaikan kilovoltage yang terus meningkat dapat mengurangi kontras pada radiografi. Penurunan nilai  kontras dapat terjadi jika KiloVoltage awal terlalu rendah menyediakan penetrasi yang cukup dari organ itu. Suatu penurunan kontras diperbolehkan ketika kilovoltage terlalu tinggi dapat mengurangi kemampuan radiolog untuk melihat detil yang bagus di gambaran organ. Pemanfaatan sistem variasi kilovoltage harus mampu dalam penetrasi/daya tembus yang cukup dari bagian organ tersebut dan hasil tingkatan nilai kontras itu bisa diterima oleh radiolog.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai dari kontras. Faktor yang utama adalah untuk mengontrolan kontras yang bergantung pada kVp/mAs. Faktor yang kedua, tidak kalah penting adalah kendali dari pancaran radiasi untuk menghindari produksi radiasi dalam jumlah yang berlebihan dalam  mengaburkan gambaran. Faktor yang lain yang mempengaruhi skala dari kontras adalah penggunaan dari IS.
Sehingga pada pertemuan kali ini, kami memaparkan atau menjelaskan tentang pemanfaat penggunaan variasi kv yang berbeda.


2. Tujuan


Dilakukan nya pemeriksaan dengan beberapa faktor eksposi yang berbeda khususnya dari kV (Kilo-voltage) ini bertujuan untuk mengetahui seberapa pentingnya pengaruh faktor eksposi khusus nya kV terhadap gambaran radiografi

3. Pengertian High kV Technique

  1. Definisi Teknik High kV menurut Bushong (1988)
Teknik High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan kV tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang, jaringan, dan udara menjadi relative homogen.

  1. Definisi Teknik High kV menurut Clark (1974)
Teknik High kV merupakan teknik yang sangat mengutamakan waktu eksposi yang sangat rendah. Teknik ini sangat efektif untuk mengontrol ketidaktajaman karena pergerakan dari objek yang tidak disengaja dan menyebabkan gambaran menjadi kabur. Teknik High kV dapat digunakan untuk pemeriksaan angiografi karena memerlukan waktu yang singkat, dan juga pada teknik pemeriksaan tulang.

  1. Definisi Teknik High kV menurut Van Der Plats (1972)
Teknik High kV merupakan teknik pada bidang radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV) tinggi dengan menurunkan nilai mAs untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama dengan kondisi kV standar pada sebuah pemeriksaan radiologi. Gambaran radiografi dihasilkan oleh 2 variable yaitu kV dan mAs, kedua variable ini sangat mempengaruhi satu sama lain, jika kV naik maka mAs akan berkurang, untuk ukuran ketebalan yang sama dan begitu juga sebaliknya jika kV turun maka nilai mAs naik.

FISTULOGRAFI INTERNA

1. Pengertian 



  • Fistulografi adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula ( saluran abnormal yang biasanya diantara dua organ.
  • Fistulografi Interna adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula yang menghubungkan dua organ tubuh bagian dalam

2. Tujuan pemeriksaan

untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula didalam tubuh

3. Indikasi Pemeriksaan


  • adanya penyakit kronik
  • infeksi anatomi post operasi
  • carcinoma
  • diverticulitis
  • cacat bawaan (kelainan kongenital)


4. Kontra indikasi 


  • infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat
  • alergi pada bahan kontras


5. Bahan dan Alat yang dibutuhkan 


  • Spuit 20 cc
  • Introducer
  • sarung tangan
  • kain kasa steril
  • ampul bahan
  • media kontras
  • bengkok
  • alcohol atau betadine
  • penggaris timbal

6. Persiapan Pasien 

  • 1 hari sebelum pemeriksan, pasien harus makan makanan yang lunak dan tidak berserat
  • malam hari jam 20.30 makan garam inggris atau dulcolax tablet 6 buah
  • makan terakhir jam 22.00
  • saat pasien datang ke unit radiologi, lakukan plain foto (abdomen polos)


7. Metode pemasukan bahan kontras

Metode Saxon Basil Stickland
  • persiapkan alat dan bahan
  • bersihkan bagian yang ingin disuntikan bahan kontras
  • beri marker pada daerah tersebut
  • suntikan media kontras secara perlahan-lahan dan lakukan fluoroscopy
  • ambil foto I , foto II dan seterusnya

8. Proyeksi Pemeriksaan

a. Proyeksi AP
  • Ukuran film 24 x 30 cm
  • Posisi pasien : pasien supine atau prone di atas meja pemeriksaan
  • Posisi Objek : MSP tubuh pasien tepat pada MLT , sentrasi dipusatkan pada kaset setinggi L2
  • Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset
  • Central Point : pada L3 atau setinggi umbilicus


b. Proyeksi Lateral
  • Ukuran film 24 x 30 cm
  • Posisi pasien : pasien di posisikan true lateral atau posisi pasien miring menghadap salah satu sisi
  • Posisi Objek : MCP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada kaset setinggi L2, Fleksikan genue pasien supaya pasien nyaman dan posisi pasien true lateral, dan letakkan tangan pasien di depan kepala atau bawah kepala.
  • Central Ray : vertikal tegak lurus bidang kaset
  • Centra Point : pada L3 setinggi umbilicus


c. Proyeksi Oblique
  • Ukuran film 24 x 30 cm 
  • Posisi pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan, lalu posisi tubuh pasien di miringkan sebesar 45 derajat ke salah satu sisi (kiri ataupun kanan)
  • Posisi objek : MSP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada pertengahan SIAS dan symphisis pubis, salah satu tubuh pasien diposisikan miring sebesar 45 derajat ( kiri ataupun kanan), dan letakkan tangan pasien di depan kepala
  • Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset
  • Central Point : pada pertengahan SIAS dan symphisis pubis


9 Hasil gambaran Fistulografi Interna

a. Plain foto yang udah diberikan marker


b. Foto saat pemberian bahan kontras

c. Foto saat kontras masuk dari posisi AP 


d. Foto saat kontras masuk pada posisi lateral


e. Foto yang telah memperlihatkan luas, lokasi dan panjang fistel